Jumat, 04 Mei 2012

Tidak Ada Kiamat di Tahun 2012


Hmm … sepertinya banyak juga ya penggemar kiamat 2012. Ada apa sebenarnya, sehingga manusia sangat tertarik dan percaya dengan mudah pada isu-isu seperti ini?
Katanya, dunia akan berakhir pada tanggal 21 Desember 2012! Runutan angka yang menarik yang membuat Anda langsung terperangah dan menggumam, “Ah benar juga … pasti bener nih beritanya”. Lantas, tanpa telaah lanjut, Anda pun berkata kiamat tinggal 3 tahun lagi. Atau kalau Anda tak percaya teori kiamat, Anda langsung berkomentar, “Cuma Tuhan yang tahu kapan kiamat”, “Ah kamu musyrik …”, atau “Itu info disebarkan oleh orang tak beragama”.  Sekali lagi, semua informasi hanya ditelan tanpa ditelaah.
Piramida peninggalan suku Maya. kredit : whoyoucallingaskeptic.wordpress.com
Piramida peninggalan suku Maya. kredit : whoyoucallingaskeptic.wordpress.com
Nah, karena dunia akan kiamat sebentar lagi, berhentilah merencanakan hidup, karier Anda, tak usah lagi berpikir untuk punya rumah, segeralah menikah sebelum kiamat, dan pastikan Anda bisa bersenang-senang menikmati hidup sebelum kiamat. Atau, segeralah bertobat. Jangan sampai saat kiamat Anda malah belum bertobat. Tiga tahun lagi lho!.
Kata sebagian orang, mungkin ini pembahasan yang aneh. Hampir setiap saat kita mendengar tentang berbagai teori kiamat … dan kenyataannya kita masih ada di sini. Belum ada satu teori pun yang kebenarannya terbukti. Tapi, kenapa 2012 begitu penting?
Katanya, kalender Maya akan berhenti tahun 2012, dan kemudian jadi semacam agama dan kepercayaan baru, mengalahkan kepercayaan yang ada di masyarakat. Mengabaikan semua alasan saintifik dan pada akhirnya membawa masyarakat pada kekhawatiran baru. Lupakan Nostradamus, Y2k, dan semua prediksi kiamat lainnya, karena sekali lagi menurut ramalan 2012, planet X akan kembali dan menghancurkan Bumi.
Ok … kita berhenti dulu di sini dan mari kita telaah setiap alasan yang muncul tentang kiamat 2012 ini. Dan bagi Anda para penggemar nubuat Kalender Maya, saya punya berita buruk untuk Anda semua. Tidak akan ada kiamat di tahun 2012 …  dan ini alasannya, silakan disimak.
Kalender Maya
Kalender Maya
Kalender Maya
Apa itu kalender Maya? Ini merupakan kalender yang disusun oleh sebuah peradaban yang dikenal dengan nama Maya pada kisaran 250-900 M. Bukti kehadiran peradaban Suku Maya ini bisa dilihat dari sisa kerajaannya di hampir semua bagian selatan Meksiko, Guatemala, Belize, El Savador, dan sebagian Honduras.
Dari bukti-bukti sejarah, masyarakat suku Maya memang memiliki kemampuan menulis yang baik dan juga kemampuan untuk membangun kota dan perencanaan kota. Dalam hal membangun, Suku Maya terkenal dengan bangunan piramida dan berbagai bangunan besar lainnya. Tak hanya itu, dalam kebudayaan, peradaban suku Maya memberi pengaruh yang sangat besar pada kebudayaan Amerika Tengah. Pengaruh itu bukan hanya dalam hal peradaban namun juga dalam hal populasi pribumi di area tersebut. Sampai saat ini, sejumlah Suku Maya masih tetap ada dan meneruskan tradisi mereka yang telah berumur ribuan tahun itu.
Suku Maya dalam kehidupannya menggunakan beberapa kalender berbeda. Bagi mereka, waktu merupakan penghubung dengan lingkaran spiritual. Kalender memang digunakan untuk hal-hal praktis seperti untuk kehidupan sosial, pertanian, perdagangan dan berbagai keperluan administratif. Namun dipercaya ada elemen religi yang besar di dalamnya yang memberi pengaruh. Bagi suku Maya, setiap hari memiliki ruh pelindung yang berbeda sehingga setiap hari memiliki fungsi yang berbeda pula. Sangat berbeda dengan kehidupan modern dengan kalender Gregorian yang hanya menetapkan kalender sebagai waktu yang terkait dengan hal-hal administratif, kehidupan sosial dan keperluan ekonomi.
Kebanyakan kalender Maya memiliki rentang waktu pendek.
  • Kalender Tzolk’in berakhir dalam 260 hari
  • Kalender Haab’ memberi perkiraan 1 tahun Matahari yakni 365 hari.
Suku Maya kemudian menggabungkan kedua kalender ini membentuk “Calendar Round”, siklus yang akan berakhir setelah 52 Haab (sekitar 52 tahun atau kisaran panjangnya satu generasi). Di dalam “Calendar round” terdapat Trecena ( siklus 13 hari) dan Veintena (siklus 20 hari). Tampaknya, sistem siklus ini berlaku dengan mempertimbangkan jumlah hari dalam 52 tahun adalah 18980 hari.
Untuk bangsa Maya, sains dan agama adalah satu. Mereka membangun sistem matematika dan astronomi yang cukup impresif, terkait dengan kepercayaan mereka. Pencapaian dalam hal matematika bisa dilihat pada notasi posisi dan penggunaan angka nol. Dalam astronomi, mereka secara akurat menghitung tahun Matahari, melakukan kompilasi tabel posisi bulan dan Venus, serta memprediksi Gerhana Matahari. Suku Maya juga memiliki penanggalan untuk “siklus Venus” yang cukup akurat. Kalender Venus ini dibuat berdasarkan lokasi Venus di langit malam. Hal yang sama tampaknya juga dilakukan pada planet-planet lainnya.
Sistem “Calendar Round” ini memang sangat baik untuk mengingat hari kelahiran atau periode keagamaan. Namun, untuk merekam sejarah, kalender ini tak bisa dijadikan patokan karena tak dapat merekam kejadian yang lebih tua dari 52 tahun.
Akhir Perhitungan Panjang = Akhir Dunia?
Alam semesta menurut suku Maya. Kredit : edwardtbabinski.us
Alam semesta menurut suku Maya. Kredit : edwardtbabinski.us
Karena tak bisa merekam kejadian sejarah yang lebih tua dari 52 tahun, Suku Maya punya solusi lain. Dengan metode yang cukup inovatif, mereka bisa memperluas jangkauan “Calendar Round” yang tadinya cuma 52 tahun itu.
Sampai di titik ini, kalender Maya akan tampak sangat kuno, bahkan bisa dikatakan dibuat hanya berdasarkan kepercayaan religi, siklus bulan, kalkulasi matematika dengan siklus atau unit 13 dan 20 sebagai dasar perhitungan disertai campuran kepercayaan mitologi. Satu-satunya prinsip kalender yang memiliki korelasi dengan kalender modern hanyalah Haab yang mengenali panjang tahun Matahari yakni 365 hari. Sebagai jawaban atas penanggalan yang lebih panjang, Suku Maya membuat sistem penanggalan “Long Count” atau “Perhitungan Panjang”, kalender yang akan berakhir setelah 5126 tahun.
Sistem penanggalan Maya untuk “Long Count” ini memang menarik, dan secara numerik dapat diprediksi dan bisa dengan akurat menunjuk pada penanggalan dalam sejarah. Penanggalan ini bergantung pada basik perhitungan dengan unit 20. Kalender modern saat ini menggunakan dasar perhitungan dengan unit 10.
Nah bagaimana perhitungannya?
Tahun dalam “Long Count” kalender Maya, dimulai dari 0.0.0.0.0. Tiap angka 0 merepresentasikan angka 0-19, dan setiap angka merepresentasikan perhitungan hari-hari suku Maya.
Untuk hari pertama, kalendernya akan seperti ini : 0.0.0.0.1 dan pada hari ke-19 akan menjadi 0.0.0.0.19. Jika mencapai angka 20, kalendernya akan jadi : 0.0.0.1.0. Perhitungan ini akan menunjukkan 0.0.1.0.0 untuk satu tahun dan 0.1.0.0.0 untuk kisaran 20 tahun dan 1.0.0.0.0 utuk kisaran 400 tahun. Maka, penanggalan 2.10.12.7.1 akan melambangkan penanggalan untuk hari ke-1 di bulan ke-7 dan tahun 1012.
Lantas, apa hubungannya dengan akhir dunia?
Suku Maya sangat terobsesi dengan waktu. Pemahaman dan prediksi berbagai siklus waktu akan memberi mereka kemampuan untuk mengadaptasinya dalam kehidupan di dunia. Menurut kosmologi bangsa Maya, dunia ini telah diciptakan 5 kali dan dihancurkan 4 kali. Dalam skala yang sementara, berbagai hari di dalam satu tahun dianggap cocok untuk aktivitas tertentu, sedangkan sebagian lainnya merupakan ketidakberuntungan.
Nah, menurut kepercayaan suku Maya, sesuatu yang buruk akan terjadi jika kalender “Long Count” berakhir. Berbagai pembagian dilakukan para ahli, namun karena suku Maya mendasarkan perhitungan numerik pada siklus 13 dan 20, maka bisa jadi hari terakhir kalender mereka adalah 13.0.0.0.0. Kapankah itu? Angka 13.0.0.0.0 merepresentasikan 5126 tahun dan “Long Count” ini berawal pada 0.0.0.0.0 yakni 11 Agustus 3114 SM menurut penanggalan Gregorian.
Nah, dengan demikian, kalender Maya akan berakhir 5126 tahun kemudian, yakni 21 Desember 2012. Inilah yang jadi dasar pemikiran tentang kiamat di tahun 2012.
Akhir Dunia
Ilustrasi tabrakan yang terjadi. Kredit : NASA
Ilustrasi tabrakan yang terjadi. Kredit : NASA
Sepertinya, saat sesuatu itu berakhir, termasuk ketika perhitungan kalender kuno berakhir, masyarakat cenderung berpikir pada kemungkinan ekstrem bahwa peradaban juga akan ikut berakhir. Entah dengan cara apa dunia akan berakhir. Berbagai argumentasi bermunculan, antara lain Bumi akan ditabrak oleh sebuah planet, asteroid, atau entah bencana apalagi. Intinya, jika kalender ini berakhir maka Bumi akan tersapu dan hancur.
Ahli arkeologi dan juga orang-orang yang keahliannya pada hal mitologi percaya bahwa akan ada era pencerahan yang muncul jika 13.0.0.0.0 tiba. Dan ini juga tidak berarti akan kiamat atau apa pun. Tidak ada bukti yang menunjukkan dunia akan berakhir. Bahkan, jika memang ada, maka suku Maya bisa dikatakan berhasil memprediksikan sebuah keajaiban religius.
Mitos terus berkembang, bahkan film Indiana Jones and the Kingdom of Crystal Skull sepertinya dibuat berdasarkan mitos suku Maya. Dikatakan, 13 tengkorak kristal akan dapat menyelamatkan kemanusiaan dari kiamat. Mitos di film ini mengatakan jika ke-13 tengkorak kuno ini tidak diletakkan bersama pada waktu tertentu, Bumi akan bergeser dari sumbunya. Menarik memang untuk sebuah film, bisa meraih penontonnya yang mudah percaya pada mitos ….
Tak hanya itu. Mitos yang berkembang mengatakan bahwa Bumi akan dihancurkan oleh tabrakan Planet X, tabrakan meteorit, dihisap lubang hitam, dibunuh oleh flare Matahari, Bumi hancur oleh ledakan sinar gamma dari sistem bintang, datangnya zaman es yang lebih cepat dan pergeseran kutub magnet. Bahkan setiap prediksi disertai bukti-buktinya sendiri. Dan pada akhirnya begitu banyak pengikut kiamat 2012 ini. Sayangnya tak satu pun argumentasi yang diberikan itu bisa dibuktikan kebenarannya.
Fakta yang ada menyatakan Nubuat Kiamat Suku Maya murni berdasarkan kalender yang memang tidak didesain untuk menghitung penanggalan setelah 2012. Hal ini disebabkan karena suku Maya mendasarkan perhitungan pada siklus 13 dan 20.
Arkeo-astronom Maya bahkan masih memperdebatkan masalah kalender “Long Count” ini. Pertanyaannya, apakah kalender ini akan kembali ke 0.0.0.0.0 setelah 13.0.0.0.0 atau akan terus berlanjut sampai 20.0.0.0.0 (sekitar 8000M) dan kemudian kembali ke 0.0.0.0.0?
Mengutip kata-kata Karl Kruszelnicki dalam “Great Moments in Science“:
“ … ketika Kalender mengakhiri siklusnya, ia akan berputar kembali ke siklus berikutnya. Dalam masyarakat modern, setiap tanggal 31 Desember tidak diakhiri dengan akhir dunia, namun dilanjutkan oleh siklus berikut yakni 1 Januari. Karena itu, 13.0.0.0.0 dalam kalender Maya akan diikuti oleh 0.0.0.0.1 atau 22 desember 2012, yang hanya menyisakan beberapa hari untuk berbelanja keperluan Natal.”
Siklus kalender Maya boleh berakhir, namun siklus baru akan kembali berulang … dan membawa hari baru bagi penghuni Bumi.
Sumber : Universe Today

Beberapa Faktor Astronomis-Meteorologis dalam Tenggelamnya Titanic


Inilah kapal yang menyandang hampir semua rekor pada masanya: terbesar (panjang 270 meter, lebar 30 meter dan tinggi 54 meter terhitung dari lunas hingga puncak cerobong asapnya ), terberat (44.000 ton) dan termewah (dibangun dengan bahan-bahan bermutu tinggi sehingga menelan biaya US $ 400 juta berdasarkan kurs 1997). Inilah RMS Titanic, yang digadang-gadang bakal menjadi pilihan utama dalam pelayaran trans-atlantik pada masa ketika dunia penerbangan baru menapaki bulan-bulan pertama kelahirannya.
RMS Titanic sekaligus menjadi puncak prestasi manusia dalam rekayasa teknik. Ia mengonsumsi 600 ton batubara per hari yang dibakar dalam 159 tungku guna mendidihkan air dalam 29 ketel menjadi uap bertekanan tinggi. Uap tersebut selanjutnya diinjeksikan ke dalam dua mesin uap empat silinder dan sebuah turbin uap tambahan dengan total daya 34,3 Megawatt termal atau setara dengan kebutuhan energi sebuah kota kecil masa kini. Ini membuatnya mampu melejit pada kecepatan puncak 41 km/jam. Uap yang telah terpakai masih bisa digunakan untuk menggerakkan generator yang memasok listrik ke segenap penjuru. Sehingga RMS Titanic bisa diterangi lampu listrik dan dilengkapi sistem komunikasi radio nirkabel Marconi, kemewahan lain yang tak dimiliki kapal-kapal pada masa itu. Yang lebih hebat lagi, kapal ini terdiri dari 16 kompartemen terpisah yang setiap kompartemennya dapat diisolasi dengan pintu kedap air. Sehingga andaikata terjadi situasi terburuk, yakni tabrakan antar kapal atau kapal menghantam sesuatu, RMS Titanic bakal tetap terapung meski empat kompartemennya telah dibanjiri air laut. Inilah yang memunculkan keyakinan RMS Titanic tak bakal bisa tenggelam.
RMS Titanic saat bersinggungan dengan gunung es, menurut simulasi James cameron dkk berdasarkan data Woods Hole Oceanographic Institute dan RMS Titanic Inc. Sumber : National Geographic, 2012.
RMS Titanic saat bersinggungan dengan gunung es, menurut simulasi James Cameron dkk berdasarkan data Woods Hole Oceanographic Institute dan RMS Titanic Inc. Sumber : National Geographic, 2012.
Namun faktanya RMS Titanic justru tenggelam dalam waktu cepat pada dinihari 15 April 1912 (waktu Inggris) saat sedang dalam pelayaran perdananya dari Southampton (Inggris) menuju New York (AS). RMS Titanic terbenam tak lebih dari tiga jam setelah ia bersenggolan dengan gunung es besar di Samudera Atlantik bagian utara. Kisruhnya proses evakuasi menyebabkan 1.517 orang tewas dari total 2.227 orang yang ada di dalam. Dari jumlah tersebut pun hanya 700-an jenazah yang berhasil ditemukan terapung-apung di permukaan samudera Atlantik yang membekukan. Sisanya turut terseret bersama bangkai kapal ke kedalaman 3,7 km.
Mengapa RMS Titanic bisa bersinggungan dengan gunung es? Analisis terkini memperlihatkan ada sejumlah kombinasi faktor astronomis dan meteorologis yang kemungkinan memberikan kontribusi bagi terjadinya tragedi ini.
Faktor pertama, RMS Titanic berlayar pada waktu yang kurang tepat. Sudah menjadi pengetahuan umum masa itu bahwasanya alur pelayaran yang bakal dilintasi RMS Titanic berpotongan dengan pergerakan gunung-gunung es dari utara. Gunung-gunung es tersebut berasal dari lembaran-lembaran gletser Greenland yang terpecah-belah saat memasuki laut dan selanjutnya dihanyutkan ke selatan oleh arus Labrador yang dingin. 90 % gunung-gunung es ini meleleh saat masih berada di sekitar Greenland. Namun sisanya, khususnya yang berukuran besar mampu bertahan hingga terhanyut ke Samudera Atlantik, dalam jumlah 150 hingga 300 buah gunung es per tahun. Yang tidak disadari kapten Edward Smith dan petugas-petugas RMS Titanic lainnya, tahun 1912 adalah tahun tak biasa. Sehingga sepanjang bulan April 1912 saja jumlah gunung es yang terhanyut ke sisi selatan garis lintang 48 LU mencapai 395 buah. Populasi ini nyaris empat kali lipat lebih tinggi dibanding jumlah rata-rata gunung es di bulan April sepanjang kurun waktu 1901-1910. Sehingga Samudera Atlantik bagian utara lebih penuh dengan es dibanding kondisi normalnya. Rekor jumlah gunung es April 1912 tak tertandingi hingga enam dekade kemudian, tepatnya pada April 1970, saat jumlah gunung es mencapai angka 501 buah.
Kawasan Atlantik Utara dalam proyeksi Mercator. Gunung-gunung es dari gletser Greenland Barat dihanyutkan arus Labrador (panah hitam) menuju perairan Atlantik utara. Sumber : Sudibyo, 2012 dengan peta dari Google Maps.
Kawasan Atlantik Utara dalam proyeksi Mercator. Gunung-gunung es dari gletser Greenland Barat dihanyutkan arus Labrador (panah hitam) menuju perairan Atlantik utara. Sumber : Sudibyo, 2012 dengan peta dari Google Maps.
Faktor kedua, RMS Titanic berlayar tanpa penerangan Bulan. Konjungsi Bulan-Matahari terjadi pada 17 April 1912 pukul 11:40 UT atau hanya dua hari berselang setelah tragedi Titanic. Maka sepanjang pelayarannya RMS Titanic tidak diterangi sinar Bulan di malam harinya. Meskipun RMS Titanic memiliki lampu-lampu listrik terbaru, namun tidak cukup kuat untuk menerangi alur laut yang dilintasinya hingga jarak jauh. Kondisi ini cukup riskan, terlebih dalam situasi berlebihnya populasi gunung es di Samudera Atlantik, sementara di sisi lain kapal dipacu hingga hampir mencapai kecepatan puncaknya.
Faktor ketiga, saat memasuki perairan Grand Banks, RMS Titanic tanpa disadari mulai memasuki kawasan padang barometrik bertekanan tinggi Arktika. Udara dalam kawasan ini lebih dingin dibanding sekitarnya. Penurunan suhu udara yang cukup cepat pun terjadi. Hal ini juga disadari oleh sebagian kecil awak kapal, yang mencatat anjloknya suhu hingga 4 derajat Celcius lebih rendah hanya dalam waktu setengah jam. Padang barometrik ini sepintas menguntungkan, karena menjadikan laut tampak tenang tanpa sentakan gelombang sementara langit pun cerah tanpa awan. Namun di sisi lain situasi ini mengurangi kemampuan pemantauan lingkungan laut di sekitar RMS Titanic dan disepanjang alur pelayarannya. Sebab dalam kondisi langit amat cerah, bintang-bintang nampak dengan amat jelas. Permukaan laut yang tenang pun memantulkan cahaya bintang-bintang ini. Sehingga kemanapun petugas pemantau gunung es RMS Titanic memandang, ia hanya melihat tebaran bintik-bintik cahaya sehingga amat sulit baginya untuk mengidentifikasi obyek selain bintang. Apalagi di langit bagian barat bertebaran sejumlah bintang terang dan planet Venus.
Simulasi langit malam di titik tragedi titanic pada saat persinggungan dengan gunung es terjadi. Sumber: Sudibyo, 2012 dengan basis Sky View Cafe.
Simulasi langit malam di titik tragedi titanic pada saat persinggungan dengan gunung es terjadi. Sumber: Sudibyo, 2012 dengan basis Sky View Cafe.
Dan Faktor keempat adalah fatamorgana. Kombinasi padang barometrik bertekanan tinggi dan kumpulan gunung-gunung es pada area datar yang luas menjadikan lapisan udara di dekat permukaan laut lebih dingin dibanding lapisan udara diatasnya. Fenomena ini disebut inversi suhu. Dalam kondisi normal suhu udara di dekat permukaan laut lebih tinggi dibanding lapisan-lapisan diatasnya. Inversi suhu menyebabkan berkas cahaya dari jauh dibiaskan demikian rupa sehingga terpantulkan saat berada di lapisan inversi dan menghasilkan bayangan semu dari obyek yang memancarkan cahaya tersebut. Fatamorgana menyebabkan horizon tak teramati dan demikian pula eksistensi obyek-obyek di horizon. Tanpa diketahui oleh kapten Smith saat itu, kawasan yang berdekatan dengan lingkar kutub lebih kerap mengalami fatamorgana dibandingkan kawasan subtropik maupun tropik. Dan fatamorgana di kawasan dekat lingkar kutub selalu terjadi pada saat udara dingin.
Faktor-faktor inilah, beserta sejumlah faktor non astronomis dan meteorologis lainnya, yang menuntun RMS Titanic berhadapan dengan takdir sejarah. Tatkala kapal-kapal lainnya yang sealur sibuk melaporkan keberadaan gunung-gunung es dan melintas perlahan-lahan (misalnya kapal Caronia, Athinai, Amerika, Mesaba) dan bahkan harus terhenti (seperti kapal California) karena berhadapan langsung dengan gunung es besar, RMS Titanic tetap ngebut dengan kecepatan tinggi. Maka New York tak dapat dicapai, malangpun tak bisa ditolak. Tanpa disadari siapapun yang berada di dalam RMS Titanic, sebuah gunung es besar dengan tinggi sekitar 30 meter telah menghadang. Dengan 87 % tubuhnya terbenam di bawah air laut, gunung es ini menyembunyikan ukurannya yang raksasa, yang jauh lebih besar dibanding RMS Titanic. Dalam kondisi pencahayaan mencukupi, dengan resolusi mata manusia sebesar 1-2 menit busur, gunung es tersebut seharusnya sudah terdeteksi pada jarak 25 hingga 50 km. Namun takdir menentukan petugas pengintai Frederick Fleet baru melihatnya pada 14 April 1912 pukul 23:39 GMT, dalam jarak hanya 280 meter. Meski jurumudi RMS Titanic membanting ketir ke kiri sekuatnya sementara juru mesin mencoba membalik arah putaran mesin uapnya dengan harapan kecepatan bisa direm, RMS Titanic tetap bersinggungan dengan gunung es dalam 28 detik kemudian. Dan tragedi pun dimulai.
Referensi :
Finton dkk. 2009. The Story of Titanic. Titanic Sciencehttp://www.titanicscience.com